Sebuah Renungan di Pergantian Tahun














Alkisah 3000 tahun yang lalu, seorang pendeta agung Kerajaan Babilonia kuno mengadakan sayembara dengan mengajukan teka-teki.

“Apakah yang ada di dunia ini yang paling panjang, namun sekaligus paling pendek.

Paling cepat namun juga paling lambat, juga paling dapat dibagi-bagi tapi juga paling luas.

Yang paling disepelekan tetapi juga paling disesalkan, Namun tanpa hal itu tak ada sesuatupun yang dapat dilakukan.

Dia sanggup melahap segala yang kecil, namun ia dapat mengabadikan yang besar.”

Tak ada yang dapat menjawab teka-teki itu, hingga muncul filosof muda yang bernama Zadiq.
“Tidak ada yang dirasakan lebih panjang dibandingkan waktu, karena ialah ukuran keabadian.

Tidak ada yang lebih pendek dari waktu, karena ia selalu dirasakan kurang cukup untuk mewujudkan rencana-rencana kita.

Tak ada yang lebih lambat bagi mereka yang sedang menunggu, namun juga tak ada yang lebih cepat berlalu untuk mereka yang menikmati hidup.

Menurut Zadiq, waktu itu terbentang luas tak terkira, namun juga terbagi hingga dalam ukuran sekecil-kecilnya. Semua orang menyepelekannya, namun juga menyesali kehilangannya. Tak ada yang dapat dilakukan tanpa waktu. Waktu dapat membuat semua yang tak patut dikenang terlupakan, namun semua yang pantas diingat akan menjadi abadi.

François-Marie Arouet (1694-1778) atau yang lebih dikenal sebagai Voltraire – lah yang menuliskan kisah tersebut dalam bukunya Zadiq Book of Fate.

Menjelang menit-menit pergantian tahun baru semalam, aku lebih memilih berdiam diri menyaksikan pesta kembang api dari atas balkon tingkat lima gedung kantorku. Kebetulan langit sangat cerah, dan dari tempat aku duduk aku dapat menyaksikan percikan kembang api yang berada di kejauhan. Sungguh suatu momentum langka untuk melakukan kontemplasi diri untuk merenungi waktu yang berlalu.

"Oh waktu, betapa sering aku menyia-nyiakannya, dan betapa bodohnya aku bahwa aku harus belajar untuk berterima kasih kepadanya."

Aku memang tidak perlu belajar berterima kasih kepada Lewis Hamilton, yang mengerti berartinya selisih waktu sepersekian detik untuk meraih pole position saat qualification race.

Untuk kali ini, aku cukup belajar, betapa satu tahun ini dilalui apa yang telah aku lakukan entah satu jam, hari, bulan, atau tahun yang lalu dapat mengubah takdir hidupku saat ini. Dan tentu saja, apa yang aku kerjakan saat ini, dapat memberikan perbedaan yang berarti atas jalan hidupku di masa yang akan datang. Apakah aku pemenang ataukah pecundang, sudah dapat ditentukan dari apa yang aku lakukan pada saat ini.

Semoga menit-menit menjelang pergantian tahun baru ini, dapat menjadi titik balik bagi perjalanan hidupku.

Tidak ada komentar: